Upaya Pengendalian Banjir Jakarta
2. Program Normalisasi Sungai dan Saluran
Ketiga belas sungai yang mengalir di Jakarta menjadi unsur penting dalam tata kelola air dan pengendalian banjir yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah melakukan normalisasi sungai adalah untuk menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu sehingga sungai tersebut mampu mengalirkan air sampai pada tingkat tertentu sehingga tidak terjadi luapan dari sungai tersebut. Kegiatan normalisasi sungai berupa membersihkan sungai dari endapan lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat. Ini dilakukan dengan cara mengeruk sungai tersebut di titiktitik rawan kemacetan aliran air.
|
Upaya pemulihan lebar sungai merupakan bagian penting dari program normalisasi sungai. Pelebaran sungai juga meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung dan mengalirkan air ke laut. Dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat karena Jakarta menjadi tumpuan untuk mendapatkan mata pencaharian, permukiman ilegal dapat ditemukan di mana-mana. Bantaran sungai menjadi sasaran utama bagi rumah-rumah ilegal ini, karena dekat dengan sumber air. Semakin banyak rumah yang dibangun di bantaran sungai-sungai yang melewati Jakarta ini, akan semakin sempit sungai tersebut, dan semakin rendah kemampuannya untuk menampung air dan semakin tinggi kemungkinan untuk menimbulkan banjir dan genangan air di sekitar permukiman yang letaknya dekat sungai.
Program pengerukan sungai di Jakarta dilakukan secara sistematis dan terencana mulai tahun 2008. Pada tahun tersebut pemerintah mengeruk 6 segmen sungai yang kondisinya sudah kritis. Program ini dilanjutkan pada tahun 2009 dengan pengerukan 66 segmen sungai. Program akan diteruskan pada tahun 2010 dengan pengerukan 6 segmen sungai di lima Wilayah Kota Jakarta. Pada tahun 2010 pemerintah juga akan melakukan pembersihan sampah di lima Wilayah Kota Jakarta dan membangun
instalasi penyaringan sampah di sungai-sungai yang memiliki volume sampah yang besar.
A. Normalisasi Sungai
Salah satu program normalisasi sungai yang berskala cukup besar adalah program normalisasi Kali Angke yang dimulai tahun 2003. Sebelum normalisasi lebar Kali Angke hanya 5 meter dan sesudah normalisasi dan dibersihkan bantarannya, lebar sungai ini menjadi 40 meter. Penduduk Kali Angke yang telah lama tinggal di gubuk-gubuk ilegal di bantaran Kali Angke dipindahkan ke rumah susun di Muara Angke dan Cengkareng.
B. Pemeliharaan Sungai di 14 lokasi
Pemeliharaan sungai merupakan kegiatan rutin Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan dengan mengeruk sungai-sungai yang mengalami pendangkalan karena endapan lumpur dan sampah.
C. Antisipasi Pasang dan Pembuatan Tanggul
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah banjir yang disebabkan oleh gelombang pasang laut yang sering disebut sebagai banjir rob. Banjir tersebut tidak saja disebabkan oleh kenaikan tinggi permukaan air laut akibat pasang surut laut tetapi juga karena banyak lokasi di pesisir utara Jakarta memang berupa dataran rendah dengan ketinggian di bawah permukaan laut, sehingga bila terjadi gelombang pasang laut agak besar banjirpun melanda permukiman warga. Naiknya gelombang pasang laut dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti dorongan air, angin dan fenomena-fenomena alam lain yang sering terjadi di laut.
|
Pasang tinggi dan surut terendah gelombang air laut ini juga mempunyai siklus kedatangan yang panjang maupun pendek. Siklus terpanjang pasangsurut terjadi setiap 18,6 tahun dan siklus pendek bisa hanya 12 jam, 24 hari, 6 bulan dan 1 tahun.17 Pada tahun 2008 terjadi siklus panjang 18,6 tahun yang menyebabkan banjir besar akibat pasang di pesisir Jakarta yang mencapai ketinggian 2 meter lebih. Periode 18,6 tahun ini terjadi karena menurut analisis seorang ahli tata air Belanda, Aart R Van Nes, posisi matahari dan bulan berada dalam satu garis lurus pada Bulan Juni tahun 2008.18 Banjir yang disebabkan oleh pasang surut air laut ekstrim yang siklusnya terjadi 18,6 tahun sekali juga menimpa banyak tempat di seluruh dunia. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Delft Hydraulics menyebutkan bahwa air pasang yang cukup signifikan di Teluk Jakarta terjadi pada bulan Juni 2008.
Banjir rob tidak saja disebabkan oleh gelombang pasang laut yang tinggi tetapi juga oleh kenyataan bahwa banyak lokasi di pesisir Utara Jakarta ini merupakan dataran rendah yang berada di bawah permukaan laut. Ada tanda-tanda bahwa lokasi-lokasi ini masih terus mengalami penurunan muka tanah yang disebabkan oleh penyedotan air bawah tanah oleh penduduk Jakarta untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari dan untuk industri.
Hal ini sudah menjadi salah satu perhatian utama Gubernur DKI yang mengatakan bahwa di kawasan bisnis dan industri tertentu, dalam 20 tahun terakhir terjadi penurunan permukaan tanah sampai 1,5 meter. Akibatnya, ke depan warga Jakarta terancam kekurangan air bawah tanah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun tanggul Rob Muara Angke, Muara Karang, Pluit, Luar Batang, Cilincing, Marunda dan Martadinata di bagian Pantai Utara Jakarta pada tahun 2008 dan 2009 untuk melindungi warga dari banjir rob. Tanggul beton maupun tanggul batu kali yang dibangun panjangnya kurang lebih 3000 meter dengan ketinggian yang bervariasi antara 1 sampai dengan 3 meter di atas permukaan tanah. Jika terjadi pasang naik, limpahan air laut akan tertahan tanggul beton dan tidak membanjiri warga.
Tanggul penahanan banjir rob yang lengkap dengan trotoar yang cukup lebar di Pantai Marunda kini malah menjadi tempat rekreasi yang ramai dikunjungi warga Jakarta yang ingin bersantai di tepi pantai dengan gratis.
D. Penataan Kali dan Saluran
Selain memperbaiki dan meningkatkan kapasitas sungai dan saluransaluran air, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berupaya membuat lokasi-lokasi ini menjadi lebih nyaman bagi warga. Pinggiran sungai dan saluran yang sebelumnya terbuat dari tanah dilapisi dengan beton untuk mengukuhkan dinding-dinding sungai dan saluran air sehingga mampu menahan volume air yang besar. Selain membangun trotoar yang lebar pemerintah juga dan menanami tepi sungai dan saluran air dengan pepohonan.
E. Pembangunan Pompa: Mengalirkan Genangan Air ke Laut
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam strategi pengendalian banjir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah pemasangan pompa-pompa air terutama di Jakarta bagian utara yang lokasinya berupa dataran rendah dengan ketinggian di bawah permukaan laut. Bila volume air dari hulu Jakarta sedang tinggi dan melebihi kapasitas tampung sungai dan saluran air yang ada, terjadilah genangan-genangan yang mengganggu kehidupan warga Jakarta. Satu-satunya cara untuk mengeringkan genangan air adalah dengan memompa air yang menggenang dan mengalirkannya ke saluran air yang yang mengalir langsung ke laut.
Selain memasang pompa-pompa yang berkekuatan besar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga membangun sistem polder di semua Wilayah DKI Jakarta yang sering mengalami penggenangan air. Sistem polder adalah suatu cara penangangan banjir dengan bangunan fisik yang terdiri dari sistem drainase, kolam retensi (penahan), tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan atau pintu air sebagai satu kesatuan pengelolaan air yang tidak dapat dipisahkan19. Semua elemen di atas memainkan peran penting dalam melindungi wilayah dari banjir. Keunggulan sistem polder adalah kemampuannya mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat dan naiknya air laut.
Kunci utama sistem poder adalah tanggul atau waduk. Tanggul berfungsi untuk menahan air dari luar area, sedangkan waduk berfungsi untuk menampung air baik dari dalam maupun luar area. Pompa-pompa air berfungsi untuk membuang air dari dalam waduk. Setiap saat air meninggi dengan cepat pompa akan mengalirkan air ke laut. Sampai sekarang sudah dibangun 32 sistem polder di wilayah Jakarta dan pemerintah sedang menyiapkan untuk membangun 15 sistem polder lagi.
Warga Angkat Suara: Dulu dan Sekarang.......
Bersambung ke: Mengapa Jakarta Banjir? (Bagian 5)
Baca juga: Mengapa Jakarta Banjir? (Bagian 3)
0 komentar:
Post a Comment