Image Widget

Image Widget

Belajar Geografi SMA

Menyajikan berbagai materi dan perangkat pembelajaran Geografi serta pembahasan latihan soal UN dan Olimpiade. Kami juga melayani pembelian peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25,000 dan pembuatan peta digital untuk mahasiswa S1, S2, instansi maupun umum. Terima kasih (Belajargeografisma@gmail.co.id)

Mengapa Jakarta Banjir? (Bagian 2)

Saturday, 3 December 2016

Perkembangan Penduduk Jakarta

Jumlah penduduk Jakarta saat ini diperkirakan mencapai sekitar 8,5 juta orang, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen. Dampak peningkatan jumlah penduduk Jakarta pada kawasan resapan air menjadi jelas jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta pada tahun 1970 yang baru mencapai 4 juta orang dan tahun 1960 yang hanya 2,9 juta orang. Tingkat kepadatan penduduk di Jakarta juga terus meningkat. Data statistik menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan penduduk Jakarta pada tahun 2009 adalah 13.000 orang/km2, sementara kepadatan di daerah Jakarta Pusat jauh lebih tinggi dan mencapai 19.600 orang/km2.

Jumlah penduduk tahun 2010 yang disebutkan di atas tidak menghitung mereka yang tinggal di sekitar DKI Jakarta. Pada kenyataannya jumlah penduduk Jakarta pada malam hari dan akhir minggu berbeda dengan jumlah penduduk pada jam-jam kerja kantor. Pada jam kantor dari hari Senin sampai Jumat, orang-orang yang tinggal di sekitar wilayah Provinsi DKI Jakarta banyak yang mengadakan perjalanan ulang-alik ke DKI Jakarta karena sumber nafkah mereka berada di wilayah DKI Jakarta. Pada siang hari jumlah warga di DKI Jakarta meningkat dan diperkirakan mencapai lebih dari 14 juta orang.

Jumlah penduduk Jakarta yang meningkat pada jam-jam kantor mau tidak mau juga memberikan tekanan yang tinggi pada infrastruktur kota yang terbilang tidak luas bila dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Dari dua puluh lima (25) kota di dunia yang tertinggi jumlah penduduknya, Jakarta menduduki urutan kesepuluh (10) terpadat di dunia. Kota Paris yang menduduki urutan kedua puluh (20) memiliki luas wilayah kota dua kali lipat luas Jakarta.12 Kepadatan penduduk di Jakarta sejalan dengan kenyataan bahwa 60 persen dari penduduk Indonesia bermukim di Pulau Jawa sementara luas Pulau Jawa sendiri hanyalah 7 persen dari luas seluruh daratan yang dimiliki Indonesia.

Masalah kepadatan penduduk ini tidak saja berdampak pada lingkungan alam tetapi juga pada aspek-aspek sosial-ekonomi lainnya. Para pakar kependudukan di tingkat dunia melihat adanya pola-pola kemiskinan baru, di mana penduduk miskin di negara-negara berkembang tidak lagi tinggal di daerah pedesaan melainkan di kawasan perkotaan sebagai akibat dari urbanisasi. Ini bukan masalah yang hanya dihadapi oleh DKI Jakarta tetapi masalah global. Sekarang ini lebih dari separuh penduduk dunia bermukim di kawasan perkotaan. Dalam abad ke-20 saja Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa penduduk yang bermukim di kota-kota di dunia telah meningkat dari 220 juta menjadi 2,8 milyar orang

Manusia dan limpahan air hujan harus bersaing untuk mendapatkan tempat di DKI Jakarta yang luas wilayahnya tidak akan berubah karena kawasan untuk memperluas kota sudah tidak ada lagi. Tekanan pertambahan penduduk dalam hampir empat dasawarsa terakhir ini memang telah memperluas wilayah Jakarta dari sekitar 300 km2 menjadi 700 km2.15 Arus urbanisasi ke Jakarta telah menciptakan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang hampir semuanya ilegal. Permukiman semacam itu banyak dibangun di bantaran sungai sehingga menimbulkan penyempitan sungai-sungai di Jakarta. Bila hujan deras turun di hulu ataupun di Jakarta sendiri, volume air yang meningkat tinggi tidak dapat tertampung oleh sungai-sungai yang telah mengalami penyempitan dan pengaliran air ke laut terhambat sehingga banjir pun terjadi. Perilaku warga yang sering membuang sampah ke sungai juga memicu pendangkalan sungai yang pada gilirannya dapat mengakibatkan banjir.


DKI Jakarta masih menjadi tumpuan banyak orang dalam mendapatkan penghidupan, sehingga arus masuk penduduk ke kota ini terus meningkat meskipun berbagai usaha telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menurunkan arus masuk ini. Dalam skala nasional tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di kawasan perkotaan akan mencapai 65%. Ini berarti hanya tinggal 35% penduduk Indonesia yang berdiam di kawasan pedesaan dan mereka ini pula yang harus memproduksi pangan buat 65% penduduk yang tinggal di kota.

Ada tiga faktor yang mendorong pertumbuhan Kota Jakarta. Pertama, jumlah migrasi masuk yang lebih besar daripada migrasi keluar. Kedua, faktor peningkatan kelahiran alamiah. Ketiga, pengintegrasian wilayahwilayah pedesaan di Provinsi Jawa Barat dan Banten menjadi bagian administrasi politik Kota Jakarta, sehingga warga yang tinggal di kawasan ”pinggiran” ini praktis menjadi bagian dari penghuni wilayah Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyadari bahwa upaya penanggulangan banjir melibatkan banyak faktor, tidak hanya faktor lokal tetapi juga nasional dan global. Pemerintah DKI Jakarta menghadapi tantangan untuk terus meningkatkan kapasitasnya agar semakin mampu menghadapi tantangan-tantangan yang ada, entah pertambahan penduduk maupun perubahan iklim – sambil pada saat yang sama berupaya membuat Kota Jakarta nyaman bagi para warganya.



0 komentar:

Post a Comment